Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Resensi Novel Kedua "Dia, Tanpa Aku"

Selasa, 29 Oktober 2013



Judul Novel        : Dia, Tanpa Aku
Pengarang          : Esti Kinasih
Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit     : 2008
Tebal                   : 280 halaman
ISBN                    : 978 – 979 – 22 – 3441 – 1

Sinopsis      

       Cowok kelas 2 SMA bernama Ronald dan memiliki sahabat setia bernama Andika. Keseharian Ronald terutama saat pulang sekolah adalah memperhatikan cewek yang ia taksir dari kejauhan. Ronald sangat ingin mendapatkan cewek itu, tetapi ia blum juga mau PDKT hanya karena cewek itu masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Citra, lebih lengkapnya Citra Devi adalah nama yang selalu heboh diceritakan Ronald kepada Andika, sebagai sahabat mau tidak mau Andika  mendengarkan cerita itu. Hampir setiap hari Ronald nongkrong disekolah Citra, memotret Citra dari kejauhan dan menjadikan potretan itu sebagai koleksinya.   Catatan-catatan kecil tentang Citra sudah dimiliki Ronald, dari makanan favorit, hobi, sampai band yang digemari Citra. Seluruh catatan kecil itu pernah ia bacakan ke Andika, dan menurut sahabatnya info itu sangatlah tidak penting. Walaupun terkadang Andika penasaran dengan sosok nyata Citra yang selama ini hanya diceritakan oleh Ronald…

       Semakin dekat waktu Citra masuk SMA, Ronald malah sibuk mengumpulkan uang untuk membeli celana baru dan kaus. Persiapan ini dilakukan Ronald hanya untuk PDKT sama Citra. Ia mencoba berhemat di sekolah, agar secepatnya mendapatkan barang yang diinginkan. Selama Ronald berhemat, Andika lah yang menanggung biaya pengisian perut Ronald. Enggak setiap hari juga sih, karena Ronald tau seberapa besar uang saku sahabatnya. Beberapa hari berjalan dan akhirnya Andika mengalami krisis uang saku, Ronald memutar balik fikiran agar tidak memberatkan sahabatnya itu. Ide membawa ‘lontong’ dan ‘bakwan udang’ itu akhirnya ditemukan Ronald. Keesokan harinya Ronald membawa makanan itu untuk disantap bersama sahabatnya, dan mereka menyantap bekalnya di tempat yang jarang dilalui para siswa. Usaha Ronald itu memang membuahkan hasil, dia benar-benar mendapatkan barang yang diinginkannya.

         Waktu yang Ia tunggu berbulan-bulan datang juga, hari ini Citra berseragam SMA. Tidak disangka ternyata Citra 1 sekolah dengan adiknya yang bernama Reinald. Hari pertama ini sangat membangkitkan semangat Ronald untuk menjalani hari-harinya. Kebetulan juga Citra sekelas dengan Reinald, jadi Ronald akan dengan mudah mendapatkan informasi mengenai Citra. Pagi ini adalah hari pertama Reinald melaksanakan MOS, di hari ini juga kakaknya ribut menyuruh Reinald untuk memperhatikan dan melaporkan semuanya yang berhubungn dengan Citra. Reinald tiba di sekolah barunya, tak lama kemudian Ia melihat Citra, tapi Ia tidak lapor kepada kakaknya. Ia berniat balas dendam karena Ronald sudah membangunkannya secara paksa tadi pagi. Ronald yang kala itu menunggu kabar dari adiknya, merasa sangat gelisah, dan akhirnya Ronald nekat menelpon adiknya karena sms nya tidak di gubris keduanya malah perang mulut di handphone.

      Hari ini pertama kali Citra mengenakan putih abu-abu, kegirangan Ronald semakin menjadi. Ia bertekad untuk menyatakan keseluruhan perasaan yang Ia tahan selama ini. Pulang dari sekolah, Ia bergegas makan siang dan kemudian dandan serapi mungkin. Setelah semuanya clear, Ronald meminta doa restu dari orang seisi rumahnya. Tak lama kemudian Andika datang dan membukakan pintu mobil taksi yang dinaikinya untuk Ronald. Ronald masuk taksi kemudian melambaikan tangan pada kedua adiknya, Ia mengambil buket bunga yang sudah disiapkan sahabatnya itu. Selama perjalanan menuju rumah Citra, Ronald sangat gelisah, gugup dan sibuk menghela nafas. Andika yang melihat tingkah sahabatnya itu hanya tersenyum kecil. Sampai di tepi jalan dekat rumah Citra, Ronald turun dari taksi, sembari membawa buket bunga miliknya. Ia benar-benar tenggelam dalam dalam semua rasa yang telah mengepungnya selama ini, sampai tidak waspada dengan apa yang ada di sekelilingnya. Ketika itu Jalan tampak sepi dan tak lama kemudian datang lah mobil, mobil yang memanfaatkan kelengangan jalan dengan menambah kecepatan, tetapi Ronald tidak menyadarinya. Akhirnya kecelakaan tidak terhindarkan, Andika yang melihat kejadian itu seketika berdiri dan menghampiri tubuh sahabatnya. Andika duduk bersimpuh ditengah jalan dan menyadari jika Ronald telah pergi.

      Setelah kepergian Ronald, Reinald memang selalu menyalahkan Citra atas kematian kakaknya. Berulang kali Reinald disadarkan Andika, jika Citra tidak bersalah. Dalam keseharian Reinald memperlakukan Citra secara keras, ternyata tumbuh suatu rasa yang sama dan pernah di alami Ronald. Reinald mengaku jika ia menyukai Citra di depan foto kakaknya, dan tidak lama kemudian Ronald memberikan tanda-tanda akan kehadirannya kembali. 

by Isma Wulandari

1 komentar

 

Blogger news

Blogroll

Most Reading